Pages

June 19, 2013

how i remember my dear Bapak

Ini blog lama juga dianggurin, terakhir nulis pas lagi stase obgyn. Sekarang udah tinggal 7 minggu lagi jadi koas (amiin). Mau nulis, tapi kalo nulis mikirnya lama, sementara ada banyak to-do list buat malem ini. Terus entah kenapa keinginan buat nulis itu selalu datang sebagai distraction dari tugas-tugas wajib *sigh. Tapi ya karena kasihan melihat blog yang sekian bulan gue cuekin ini, yasudahlah isi aja dengan sesuatu.

Anyway, ini tulisan gue buat almarhum bokap gue yang dicetak di buku yasin-nya pas peringatan 100 hari wafatnya bokap gue. Ditulisnya kilat, pas lagi di perpus IPD, dan sambil nangis terhura dewekan juga errr abisnya pake hati banget nulisnya haha (dan untung perpusnya lagi kosong). Alhamdulillah keluarga yang baca pada bilang bagus and it really describes him :')

----

Katanya obat terbaik saat kehilangan seseorang adalah mengingat bagaimana ia hidup. Jadi daripada mengingat bagaimana Bapak pergi, saya lebih memilih mengingat bagaimana Bapak hidup. Apalagi kalau kisah hidupnya Bapak memang sangat pantas dikenang. 

Bapak mengajarkan arti struggle yang sebenarnya, bagaimana niat dan ikhtiar dapat mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Bapak adalah seseorang yang sangat berprinsip, dan mengajarkan saya bahwa seseorang dengan prinsip dan integritas kuat tidak akan mudah tergoyahkan apapun halangan yang dia hadapi.

A real family man, seseorang yang sangat menganut prinsip family comes first, namun juga mengajarkan bahwa ada hal-hal seperti nurani dan mimpi yang harus kita sadari dan kejar sendiri.

Bapak mengajarkan saya untuk selalu open-minded, menghargai dan jangan pernah meremehkan seseorang apapun pilihan hidupnya.

Bapak suka sekali dengan anak kecil. Sampai sekarang saya masih terkagum-kagum dan heran mengingat bagaimana Bapak, seorang laki-laki, belum pernah gagal menaklukkan anak kecil manapun. Kalau kata Bapak, menghadapi anak kecil itu yang penting tulus. A kid knows who's honest and who's fake.

Bapak dan Ibu menikah secara sederhana, tanpa foto pelaminan atau semacamnya. Tapi melihat Bapak di usia pernikahannya yang ke-21 masih selalu menggandeng tangan Ibu, buat saya itu gambaran terbaik yang bisa ditunjukkan orang tua kepada anaknya tentang pernikahan.

"I assumed that you've reached a better place, still I'll give the world to see your face"*

Selamat jalan ya Pak, semoga perjalanan Bapak diberi kemudahan. Doa kami selalu buat Bapak.

In the deepest loving memory of Guritno Lokollo (1958-2012)

19 Maret 2012
your baby gator, Dhika

----

Begitulah. Sebenernya mau bikin lebih panjang. Tapi nanti yasinnya halamannya nambah terus harganya naik lagi. Terus itu last minute gitu ngirimnya dan udah dimarahin Ibu karena tulisannya ga jadi-jadi. 

Sebenernya kesini-sini jadi tertarik nulis tentang almarhum eyang Rachmad kakung (bapaknya Bapak) yang meninggal pas gue masih kecil. Pas ngobrol sama keluarga ternyata banyak interesting facts tentang beliau yang baru gue ketahui. Kalau beliau masih ada sekarang, I think he would be like some cool grandpa, the cool witty adventurous type of grandpa you see on the movies haha. But we'll get to it later.